Selamat Hari Raya Idul Adha 1431 H
Lihat Kartu Ucapan Lainnya
(KapanLagi.com)
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berbagai fenomena alam misterius yang aneh, menakjubkan dan tidak jarang pula justru mengerikan, diantaranya matahari kembar (bahkan ada matahari tiga dan empat), hujan darah, hujan hewan, langit terbakar, langit terbelah, lubang neraka dan berbagai macam fenomena misterius lainnya yang jumlahnya begitu banyak dan dari waktu ke waktu fenomena yang diketahui cenderung terus bertambah. Fenomena-fenomena alam tersebut bahkan mampu menghentakkan akal pikiran kita sehingga menjadi bahan pembicaraan hangat di masyarakat mulai dari kalangan orang-orang terpelajar, para public figure sampai orang awam sekalipun. Tidak dapat disangkal, keberadaan media cetak terlebih lagi media elektronik yang saat ini sering menayangkan acara-acara tentang fenomena alam tersebut menjadikan permasalahan ini semakin menarik saja untuk dibahas dan dikaji.
Hal yang paling mengejutkan dalam dunia pertelevisian Indonesia adalah acara infotainment yang biasanya selalu mempergunjingkan kehidupan pribadi para artis justru sekarang tidak jarang membahas fenomena-fenomena alam tersebut meskipun tetap melibatkan para artis tentunya dalam acara tersebut. Bahkan di Indonesia sendiri berdasarkan pengamatan saya, maraknya pembicaraan tentang fenomena alam ini justru dipopulerkan salah satu acara infotainment yang ditayangkan oleh stasiun televisi swasta tertua di Indonesia. Bahkan mungkin saja jika bukan acara infotainment yang menayangkannya, pembicaraan tentang fenomena alam ini tidak akan seheboh yang terjadi sekarang ini. Namun demikian, hal ini sebenarnya cukup unik karena biasanya di luar negeri permasalahan fenomena-fenomena alam ditayangkan suatu stasiun televisi pada acara-acara ilmu pengetahuan (science program) atau minimal sekali pada acara berita (news program) dan umumnya ditayangkan pada stasiun televisi khusus ilmu pengetahuan (knowledge channel) seperti National Geographic Channel, Discovery Channel dan BBC Knowledge (ketiga stasiun ini di Indonesia dapat dinikmati pada layanan televisi berbayar).
Secara umum penayangan acara-acara fenomena alam ini oleh suatu stasiun televisi di Indonesia sebenarnya cukup bagus, khususnya bagi mahasiswa geografi yang kesehariannya bergelut dengan kajian geosfer. Penayangan acara yang berkaitan dengan fenomena alam ini juga bagus untuk menambah wawasan pengetahuan dan keilmuan masyarakat secara umumnya, disamping itu tentunya acara ini menjadi sangat penting dalam memperkuat keyakinan kita semua kepada kekuasaan Allah Swt yang begitu besar dan menakjubkan. Namun demikian, sebaliknya ada beberapa hal yang perlu kita kritisi dari acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi Indonesia tersebut. Kesan yang dibuat oleh dunia pertelevisian Indonesia terhadap fenomena alam yang terjadi yaitu cenderung menakut-nakuti masyarakat dan membuatnya begitu misterius. Meskipun dalam fenomena alam tersebut tentunya masih ada misteri-misteri yang tidak terpecahkan para ilmuawan tetapi pada dasarnya secara umum fenomena alam tersebut masih dapat dijelaskan secara ilmiah. Khususnya bagi mahasiswa geografi, untuk menjelaskan fenomena alam yang berkembang akhir-akhir ini sebenarnya dapat dijawab menggunakan ilmu geografi.
Demikianlah tulisan singkat saya ini melihat begitu maraknya fenomena alam yang ditayangkan di media massa akhir-akhir ini. Tulisan ini juga saya jadikan pengantar untuk menanggapi begitu banyaknya pertanyaan dari rekan-rekan sesama mahasiswa tentang berbagai fenomena alam yang terjadi di alam semesta ini. Insya Allah, pada kesempatan selanjutnya saya akan membahas berbagai fenomena alam yang terjadi tersebut satu per satu berdasarkan kajian ilmu pengetahuan, khususnya ilmu geografi.
* Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP Al-Washliyah Banda Aceh dan Koordinator Umum Tim Kajian Al-Washliyah Geographer Community (Geo-Unity) Kota Banda Aceh
Tim kajian Al-Washliyah Geographer Community (geo-unity) dalam rangka meningkatkan kualitas dan kemampuan para mahasiswa/i Perguruan Tinggi Al-Washliyah Banda Aceh yang mengikuti PPL di berbagai sekolah dalam Kota Banda Aceh untuk T.A 2010/2011 ini akan mengadakan kajian khusus. Kajian ini disebut kajian khusus karena diadakan khusus untuk menyambut pelaksanaan PPL dan hanya diperuntukkan bagi mahasiswa PPL, ini tentunya berbeda dengan kajian rutin yang diadakan geo-unity yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa jurusan pendidikan geografi Perguruan Tinggi Al-Washliyah Banda Aceh. Meskipun di dalam perkuliahan jurusan kependidikan dikenal adanya mata kuliah prasyarat PPL yaitu Micro Teaching tetapi diharapkan kajian khusus ini dapat juga menjadi pendukung pelaksanaan PPL. Kajian khusus ini akan diadakan bersamaan dengan dilaksanakannya PPL dan terus berlangsung sampai selesainya PPL itu sendiri.
Di dalam kajian khusus ini direncanakan metode yang digunakan berbeda dengan kajian rutin yang biasa diadakan geo-unity. Dimana dalam kajian khusus ini, metode yang digunakan lebih pada berupa tukar pikiran, pendapat dan pengalaman antar sesama mahasiswa PPL. Selain itu, diharapkan dalam kajian khusus ini juga dapat dihadirkan mahasiswa senior yang telah mengikuti PPL sebelumnya ataupun mengundang alumni yang telah mengajar di sekolah-sekolah di dalam Kota Banda Aceh dan sekitarnya, sehingga dengan pengetahuan dan pengalaman mereka selama mengajar diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan trik-trik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah kepada para mahasiswa PPL.
Harapan terbesar kami dari tim kajian geo-unity terhadap diadakannya kajian khusus ini yaitu mahasiswa PPL dan lulusan jurusan pendidikan geografi Perguruan Tinggi Al-Washliyah Banda Aceh ke depannya mampu menampilkan performance terbaik seorang guru/pendidik yang profesional dalam mengajar. Karena kami sadari ruh dari guru adalah mengajar (lebih tepatnya mendidik).
Perkembangan geografi saat ini lebih mengarah pada upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Kondisi ini mengharuskan Geografi sebagai bidang keilmuan tidak boleh melepaskan diri dari disiplin keilmuan lainnya. Seperti yang terjadi pada disiplin ilmu lainnya, geografi juga telah mempergunakan statistik dan metode kuantitatif dalam penelitiannya, bahkan penggunaan piranti komputer untuk mengolah dan menganalisa data sudah menjadi kebutuhan. Selain itu, penggunaan Citra Satelit sudah menjadi kebutuhan dalam pengadaan data geografi yang tepat dan akurat. Citra baru dalam studi Geografi dimulai pada tahun 1960, yaitu dengan penggunaan metoda Kuantitatif dalam penelitian Geografi. Penggunaan metoda penelitian kuantitatif dipelopori oleh geografer Amerika Serikat dan Swedia yang tidak hanya menerapkannya pada penelitian Geografi fisik, namun juga pada geografi lainnya dengan dibantu pemakaian piranti komputer. Pengaruh tersebut terus menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara maju.
Sampai tahun 1960, Geografi di Inggris tidak mempunyai warna dan kuno pemikirannya, sesudah tahun tersebut perkembangan Geografi semakin pesat dan terjadi perubahan yang besar-besaran dalam pemikirannya. Geografi di Inggris yang terkenal dengan penelitiannya tentang penggunaan lahan dan pendekatan praktis berkenaan dengan perencanaan telah mendorong sekelompok geograf yang dipelopori oleh Chorley pada tahun 1964 mengembangkan pemikiran baru untuk Geografi Fisik dan Peter Haget untuk Geografi Sosial. Hasil karya mereka, yaitu Frontiers in Geography dan Models in Geography yang merupakan kumpulan karangan merupakan manifestasi dari pemikiran baru tersebut. Pemakain metoda kuantitatif dalam penelitian Geografi tidak hanya analisis tetapi juga mendorong pengembangan teori lebih lanjut.
Studi Berry tentang model teoritis jaringan kota di Amerika Serikat dapat diterapkan dalam struktur internal kota besar. Penggunaan berbagai piranti modern dalam mendukung studi Geografi akan sangat bermanfaat terutama dalam penentuan batas wilayah, gerakan penduduk, batas wilayah, serta berbagai persebaran fenomena geografi. Selain itu juga bermanfaat bagi menentukan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Wrigley mengungkapkan, bahwa Geografi tidak boleh membatasi diri dalam mempergunakan analisa untuk penelitiannya. Analisa apapun dapat dipergunakan asal dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Ia juga berpendapat bahwa geografi merupakan disiplin yang berorientasikan pada masalah (problem oriented) dalam rangka interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Apabila geografi wilayah (regional geography) dianggap sebagai kajian yang berkaitan dengan wilayah, maka geografi mutakhir sebagian bersifat wilayah. Metode wilayah masih merupakan alat penting bagi geografi mutakhir. Perbedaannya adalah wilayah bukan tujuan akhir dari geografi namun geografi bersifat wilayah namun bukan tentang wilayah.
Metoda kuantitatif dan berbagai piranti komputer pendukungnya yang lazim dipergunakan dalam studi Geografi dewasa ini bukan menggantikan atau menghilangkan metoda Geografi, namun hanya sebagai penambah peralatan di dalam tehnik penelitian dan analisis.
Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :
Iwan Hermawan. 2009. Geografi Sebuah Pengantar. Bandung: Private Publishing
Untuk memastikan arah perkembangan konsep geografi masa kini atau geografi mutakhir adalah sesuatu hal yang tidak mudah. Seandainya dianggap bahwa konsep-konsep geografi yang terdahulu belum sempurna apakah berarti bahwa konsep geografi baru akan sesuai untuk diterapkan pada berbagai lingkungan geografi yang beraneka ragam coraknya dan berbeda-beda tingkat perkembangan budaya, ekonomi dan penguasaan teknologinya. Para ahli geografi Indonesia yang dalam kenyataanya dihadapkan pada kondisi lingkungan geografi yang beraneka ragam seharusnya mempunyai sifat yang dinamik di dalam menghadapi berbagai konsep geografi dan jangan terlalu mudah mengaitkan diri pada berbagai mazhab atau konsep yang dikembangkan dan diterima di tempat lain di luar Indonesia. Kita harus pandai memilih mana yang sesuai dengan keperluan pemecahan masalah kita. Kait mengaitnya satu disiplin dengan disiplin yang lain serta kait mengaitnya masalah yang satu dengan masalah yang lain mengharuskan geografi mutakhir tidak boleh memisahkan diri dari disiplin yang lain.
Seprti halnya juga terjadi pada disiplin ilmu yang lain, geografi mutakhir telah menggunakan statistik dan metode kuantitatif dalam penelitiannya bahkan telah pula digunakan komputer untuk menyimpan, mengolah dan menganalisis data. Hal ini sangat bermanfaat dalam menentukan batas suatu wilayah, menentukan gerakan penduduk, menentukan pola penyebaran fenomena geografi dan mencari kaitan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
Suatu masalah yang besar telah timbul dalam geografi yaitu apakah aspek fisik dan sosial harus disatukan dalam geografi. Dari berbagai tulisan-tulisan mengenai geografi akhir-akhir ini konsep penyatuan (unifying concept) belum tampak meskipun analisa yang digunakan dalam geografi telah berkembang pesat. Sementara orang-orang berpendapat bahwa geografi akan menyimpang dari tujuannya apabila konsep penyatuan tidak terjadi.
Wrigley berpendapat bahwa geografi tidak boleh membatasi diri dalam menggunakan analisis untuk penelitiannya. Analisis apapun dapat digunakan asalkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, Wrigley berpendapat bahwa geografi adalah suatu disiplin yang berorientasi kepada masalah (problem oriented) dalam rangka interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :
R. Bintarto dan S. Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Pada akhir abad ke-19, geografi memusatkan perhatiannya terhadap iklim, tumbuhan, hewan dan terutama terhadap bentang alam. Kebanyakan ahli-ahli geografi pada periode ini memperdalam geologi dan menggunakan metode geologi dalam penyeledikannya, sebaliknya geografi manusia menjadi semakin lemah. Geografi manusia pada akhir abad ke-19 masih bercorak geografi Ritter dimana geografi mencitrakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan tanpa ada perspektif baru. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kedudukan Ritter sebagai tokoh geografi di Universitas Berlin setelah kematiannya di tahun 1859 untuk waktu yang lama tidak ada yang menggantikannya. Demikian juga di Inggeris sejak pengunduran diri tokoh geografi Alexander Maconochie di tahun 1830-an menyebabkan geografi di negara itu tidak berkembang.
Meskipun di universitas geografi manusia tidak memperoleh kemajuan tetapi tidak demikian halnya di luar universitas. Di Amerika Serikat Mayor John Wisley Powell mempelajari bentang alam dan sumber daya air untuk menyarankan penggunaan tanah di suatu tempat dengan sebaik-baiknya. Seorang ahli geografi A.S lainnya George Peskins Marsh mempunyai perhatian khusus tentang betapa pentingnya mengkonservasi sumber daya. Pada pendahuluan bukunya Man and Nature, or Physical Geography as Modified by Human Action yang diterbitkan tahun 1864, Marsh berpendapat bahwa Humboldt dan Ritter merupakan tokoh-tokoh daripada aliran baru dalam geografi yang pernah mengatakan bahwa "seberapa jauh keadaan lingkungan fisikal mempengaruhi kehidupan sosial dan kemajuan sosial". Kemudian timbul pertanyaan pada diri Marsh, bagaimanakah manusia mengubah permukaan bumi? Dalam hal ini Marsh ingin menekankan bukan permukaan bumi yang menentukan kehidupan manusia, tetapi manusia yang mengubah permukaan bumi untuk kehidupan yang lebih baik. Namun keadaan yang lebih jelek akan terjadi apabila manusia merusak lingkungan alamnya.
Selain itu, Friedrich Ratzel telah mempelajari pengaruh lingkungan fisikal terhadap kehidupan manusia. Ratzel dalam jilid pertama bukunya Anthropogeographie yang terbit tahun 1882 menambahkan bahwa selain lingkungan alam, aktivitas manusia merupakan factor penting dalam kehidupan di suatu lingkungan. Selain geografi, Ratzel juga belajar antropologi secara mendalam. Ratzel berpendapat bahwa apabila diadakan pembandingan antara kelompok manusia yang berbeda, pastilah manusia itu sendiri yang menentukan keadaan yang ditimbulkan lingkungan kebudayaannya. Berbeda dengan jilid pertama, pada buku Anthropogeografi jilid kedua yang terbit tahun 1891 lebih menekankan pada uraian tentang penyebaran dan kepadatan penduduk, pembentukan pemukiman, migrasi penduduk dan penyebaran kebudayaan. Untuk menjelaskan hal ini, Ratzel tidak menitik beratkan kepada pengaruh lingkungan terhadap manusia tetapi kedua fenomena ini sama kedudukannya. Pada saat itu Ratzel mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap ahli-ahli geografi di Amerika.
Berbeda dengan di Amerika Serikat, di Eropa environmentalism tidak begitu popular. Di tahun 1883, Ferdinand von Richthofen mengusulkan agar geografi merupakan ilmu pengetahuan chrologi. Pengikut von Richthofen, Alfred Hettner yang mendapat pengaruh dari ahli-ahli geografi Amerika mengembangkan pandangan von Richthofen dari pandangan tentang kaitan antara lingkungan alam dengan manusia kepada studi wilayah. Sejalan dengan pemikiran Hettner, Vidal de la Blache (1854 – 1918 M) berpendapat bahwa studi tentang lingkungan fisik dan masyarakat harus disatukan karena tujuan geografi ialah untuk menyelidiki bagaimana suatu masyarakat telah atau sedang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Daerah dimana proses ini telah dan sedang berlaku akan membentuk suatu unit yang disebut "wilayah" atau "region". Jelaslah bahwa wilayah yang dimaksud oleh Blache merupakan areal dimana berlaku interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang bersifat lokal. Hal ini berarti bahwa ciri-ciri penting di suatu wiilayah mungkin tidak mempunyai hubungan dengan ciri-ciri wilayah yang lain. Oleh karenanya, konsep Blache tentang geografi bersifat wilayah dan hal ini berbeda dengan konsep sistematik yang dianut oleh Humboldt dan Ritter sebelumnya. Pendapat Blache sesuai dengan keadaan Eropa sebelum revolusi industri dan sesuai juga dengan wilayah yang ekonominya masih berdasarkan peasant agriculture dan local self-sufficiency. Konsep Blache ini tidak sesuai dengan negara-negara yang telah maju karena negara-negara maju tidak lagi bersifat lokal.
Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :
R. Bintarto dan S. Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Seperti halnya Veranius, Immanuel Kant telah menganggap geografi sebagai suatu disiplin ilmu. Menurut Kant, ilmu pengetahuan dapat dipendang dari tiga pandangan yang berbeda, yaitu:
Pertama, ilmu pengetahuan yang menggolong-golongkan fakta berdasarkan jenis obyek yang diselidiki. Disiplin yang mempelajari katagori ini seperti adanya disebut "ilmu pengetahuan sistematik", misalnya botani mempelajari tumbuhan, geologi mempelajari kulit bumi dan sosiologi mempelajari golongan sosial. Selanjutnya Kant berpendapat bahwa pendekatan yang digunakan dalam ilmu pengetahuan sistematik adalah studi tentang suatu kenyataan.
Kedua, ilmu pengetahuan yang memandang hubungan fakta-fakta sepanjang masa. Misalnya ilmu pengetahuan sejarah.
Ketiga, ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta-fakta yang berasosiasi dalam ruang. Inilah yang kemudian menjadi bidang ilmu pengetahuan geografi.
Meskipun demikian terdapat juga tentangan-tentangan terhadap pemikiran Kant ini, misalnya apakah ilmu pengetahuan sistematik dalam mempelajari fenomena tidak tergantung pada waktu dan ruang?
Alexander von Humboldt menaruh minat kepada kenampakan fisikal dan biologikal. Humboldt yang mengembara ke benua Amerika membuat profil benua dan menggambarkan hubungan antara vegetasi dengan ketinggian tempat. Meskipun demikian Humboldt tidak melupakan faktor manusia. Misalnya Humboldt memperhatikan tidak adanya lagi pastoral nomads di antara orang-orang Amerika, hal ini berarti bahwa cara hidup tersebut adalah suatu evolusi sosial yang terjadi diseluruh dunia. Selain itu Humboldt memberikan tanggapan terhadap kesamaan antara kebudayaan Asia dengan kebudayaan orang Amerika asli dan mencoba untuk menjelaskannya. Dari hasil pengembaraannya ke benua Amerika Humboldt berhasil menulis geografi regional Kuba dan Meksiko.
Karl Ritter mempunyai pandangan sejalan dengan Humboldt terutama dalam menjelaskan kegiatan manusia di suatu wilayah. Meskipun Ritter hanya melakukan pengembaraan di Eropa saja, tetapi Ritter telah menggunakan hasil observasi orang lain untuk tulisannya. Hasil karyanya yang besar "Die Ernkunde" merupakan suatu deskripsi regional dari seluruh dunia, meskipun jilid yang paling lengkap sekali adalah tentang Asia dan Eropa. Ritter memandang permukaan bumi sebagai tempat tinggal manusia dan menggolongkan permukaan bumi menjadi wilayah alamiah (terutama berdasarkan bentang alamnya) dan mempelajari unit wilayah alamiah ini bagi masyarakat yang menempatinya atau masyarakat yang pernah menempatinya.
Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :
R. Bintarto dan S. Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Pada permulaan abad pertengahan banyak golongan agama yang menaruh perhatian dalam bidang geografi terutama bagi kepentingan penyebaran agama, perdagangan dan peperangan dalam penyebaran agama. Orang yang merasa perlu adanya pengaturan kembali tentang geografi adalah Bernhardus Veranius yang dikemukakannya dalam buku Geographia Generalis yang diterbitkan di Amsterdam tahun 1650. Veranius berpendapat bahwa terdapat dualisme dalam geografi dimana di satu pihak geografi mempelajari proses dan fenomena bersifat alamiah seperti yang terjadi di litosfer, hidrosfer dan atmosfer serta dipelajari hubungan matahari dengan bumi. Di lain pihak geografi mempelajari fenomena sosial kebudayaan.
Oleh karena dualisme tersebut Veranius membedakan antara geografi umum (geographia generalis) dan geografi khusus (geographia spesialis). Geografi umum berhubungan dengan fenomena alamiah sedangkan geografi khusus mempelajari daerah atau wilayah yang sifatnya diperoleh dari hasil interaksi antara manusia dengan proses alamiah. Meskipun pada buku Geographia Generalis, Veranius hanya membicarakan tentang geografi umum saja tetapi pada kata pengantar buku tersebut Veranius merencanakan menulis buku berikutnya tentang "geografi regional", yaitu suatu istilah yang kemudian diberikan kepada geografi khusus. Sayangnya buku tentang geografi regional akhirnya tidak pernah ada karena setelah menerbitkan buku pertamanya Veranius yang ketika itu masih muda, berusia 28 tahun meninggal dunia.
Geografi pada abad pertengahan ini ditandai dengan dualisme ganda, yaitu:
Pertama, adanya dualisme antara geografi umum (geographia generalis) dan geografi khusus (geographia spesialis), dan
Kedua, adanya dualisme antara geografi fisik dan geografi manusia.
Meskipun demikian dualisme tersebut sejalan, sehingga untuk menyederhankannya agaknya Veranius mengusulkan agar geografi umum (geografi sistematik) dan geografi topikal mempelajari unsur-unsur fisik yang dapat diterangkan dengan "hukum". Sedangkan geografi khusus (geografi regional) menyangkut manusia yang sukar diramalkan sebelumnya harus tetap bersifat deskriptif.
Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :
R. Bintarto dan S. Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Pada zaman Homerus dan Hesodius, sebagian orang menganggap bahwa pengetahuan tentang bumi masih dipengaruhi oleh mitologi. Namun lambat laun pengaruh mitologi semakin berkurang dengan berkembangnya pengaruh ilmu alam sejak abad ke-6 SM. Sejak saat itu corak pengetahuan tentang bumi mulai mempunyai dasar ilmu alam dan ilmu pasti, sehingga penyelidikan tentang bumi mulai dilakukan menggunakan logika.
Thales menganggap bahwa bumi ini berbentuk keping silinder yang terapung di atas air dengan separuh bola hampa di atasnya hilang seabad kemudian setelah Parmenides mengemukakan pendapanya bahwa bumi mempunyai bentuk bulat. Selanjutnya Heraclides berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbunya dari barat ke timur. Selain itu diketahui juga adanya beberapa zona iklim meskipun waktu itu belum diketahui bahwa keadaan tersebut merupakan akibat dari letak sumbu bumi yang miring.
Seabad sebelum masehi, Eratosthenes memperkenal istilah geografi yang masih sangat dipengaruhi oleh astronomi dan matematika. Pada saat itu selain geografi terdapat juga logografi yang dipelopori oleh Hecataeus, Herodotus dan Strabo. Ahli-ahli logografi ini menceritakan tentang apa yang didengar dan dan dilihat tentang negara-negara lain.
Claudius Ptolomeus dalam bukunya Geographike Unphegesis yang beredar pada pertengahan abad ke-2 menerangkan bahwa geografi adalah suatu penyajian dengan peta dari sebagian permukaan bumi yang menunjukkan kenampakan umum yang terdapat padanya. Selanjutnya diterangkan bahwa geografi berbeda dengan chorografi (choros dalam bahasa Yunani berarti daerah) karena chorografi membicarakan wilayah atau region tertentu dan menyajikannya secara mendalam. Chorografi lebih mengutamakan pada kenampakan asli suatu wilayah dan bukan ukurannya. Sedangkan geografi lebih mengutamakan hal-hal yang kuantitatif dan bukan kualitatif. Pendapat Ptolomeus inilah yang kemudian menjadi sumber bagi definisi geografi zaman modern.
Berbeda dengan pendapat Ptolomeus, Strabo dalam bukunya Geographica sebanyak 17 jilid yang diterbitkan seabad sebelum masehi telah membuat sintesis antara geografi, chorografi dan topografi. Sintesis chorografi dan topografi ke dalam geografi tidak menjadi masalah. Menurut Strabo dalam studi geografi kita tidak hanya mempelajari tentang bentuk dan dimensi suatu daerah tetapi juga tentang lokasinya. Selain itu dalam buku tersebut Strabo sudah menunjukkan adanya korelasi antara lingkungan alam dengan manusia.
Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :
R. Bintarto dan S. Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Pengetahuan tentang geografi sebenarnya sudah lama dikenal manusia sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Peradaban manusia berkembang karena manusia berusaha melangsungkan hidupnya dengan memanfaatkan potensi lingkungan alam yang ada. Meskipun demikian, kadang lingkungan alam membatasi manusia dalam berusaha. Interaksi lingkungan manusia dengan lingkungan alam merupakan bagian penting yang dipelajari dalam geografi.
Kegiatan manusia yang banyak berhubungan dengan lingkungan alam menciptakan sebuah hubungan. Hubungan ini terjadi didorong oleh keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak kebutuhan manusia dipenuhi oleh lingkungan alam sekitar. Air yang diminum, udara yang dihirup, pangan yang dimakan, dan tempat tinggal yang dibangun manusia diperoleh dari alam.
Kebutuhan manusia tidak semuanya dapat dipenuhi di daerahnya sendiri, sehingga manusia harus melakukan usaha ke tempat lain untuk mencukupinya. Dengan demikian, perjalanan ke tempat lain telah memperluas pengalaman dan pengetahuan manusia tentang wilayah di Bumi. Pengalaman dan pengetahuan selama perjalanan ke daerah lain itu merupakan catatan penting yang dapat disajikan dalam bentuk peta serta tulisan-tulisan yang bersifat "geografi". Jadi, jelaslah bahwa pengetahuan geografi telah ada sejak manusia melakukan interaksi dengan lingkungan alam.
Itulah awal mula perkembangan pengetahuan geografi. Paparan di atas sedikit banyak telah memberi gambaran kepadamu tentang dasar-dasar pemikiran geografi. Ya, pada awalnya geografi berkembang sebagai ilmu pengetahuan yang deskriptif. Pada masa itu (abad XVIII) geografi hanya sebatas mendeskripsikan keadaan dan fakta yang ditemukan di muka Bumi. Kegiatan yang dilakukan dalam lingkup geografi antara lain mengumpulkan dan menerangkan informasi tentang lingkungan geografi. Informasi tersebut seperti keadaan politik, topografi, iklim, industri, dan kota-kota besar. Masa ini dikenal dengan masa geografi klasik.
Kemudian, Comparative Geography mulai berkembang menjadi geografi umum dan geografi spesialis. Inilah gambaran geografi pertengahan. Sesudah Perang Dunia II, geografi mengalami perkembangan yang cukup pesat atau bisa dikatakan mengalami modernisasi. Comparative Geography diwarisi oleh geograf Inggris dan Amerika, kemudian berkembang menjadi Global Geography, di mana seluruh dunia menjadi objek penyelidikannya. Kondisi ini terjadi di pertengahan abad XX dan dikenal dengan era geografi modern.
Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :
Eni Anjayani dan Tri Haryanto. 2009. Geografi Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas (BSE)
Komunitas Geografi Al Washliyah ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.