welcome

---------- SELAMAT DATANG DI BLOG KOMUNITAS KAMI INI ----------

info kajian

----- "DALAM RANGKA MENDUKUNG EARTH HOUR, KAMI MENGAJAK TEMAN-TEMAN MEMATIKAN PERALATAN ELEKTRIK ANDA PADA HARI SABTU 31 MARET 2012 PUKUL 20.30 - 21.30 WIB" -----

CuaCa BaNDa aCeH

Click for Kota Banda Aceh, Indonesia Forecast

Rabu, 02 Juni 2010

GeoGRaFi aKHiR aBaD Ke-19 dan aWal aBaD Ke-20

Pada akhir abad ke-19, geografi memusatkan perhatiannya terhadap iklim, tumbuhan, hewan dan terutama terhadap bentang alam. Kebanyakan ahli-ahli geografi pada periode ini memperdalam geologi dan menggunakan metode geologi dalam penyeledikannya, sebaliknya geografi manusia menjadi semakin lemah. Geografi manusia pada akhir abad ke-19 masih bercorak geografi Ritter dimana geografi mencitrakan manusia dalam hubungannya dengan lingkungan tanpa ada perspektif baru. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kedudukan Ritter sebagai tokoh geografi di Universitas Berlin setelah kematiannya di tahun 1859 untuk waktu yang lama tidak ada yang menggantikannya. Demikian juga di Inggeris sejak pengunduran diri tokoh geografi Alexander Maconochie di tahun 1830-an menyebabkan geografi di negara itu tidak berkembang.

Meskipun di universitas geografi manusia tidak memperoleh kemajuan tetapi tidak demikian halnya di luar universitas. Di Amerika Serikat Mayor John Wisley Powell mempelajari bentang alam dan sumber daya air untuk menyarankan penggunaan tanah di suatu tempat dengan sebaik-baiknya. Seorang ahli geografi A.S lainnya George Peskins Marsh mempunyai perhatian khusus tentang betapa pentingnya mengkonservasi sumber daya. Pada pendahuluan bukunya Man and Nature, or Physical Geography as Modified by Human Action yang diterbitkan tahun 1864, Marsh berpendapat bahwa Humboldt dan Ritter merupakan tokoh-tokoh daripada aliran baru dalam geografi yang pernah mengatakan bahwa "seberapa jauh keadaan lingkungan fisikal mempengaruhi kehidupan sosial dan kemajuan sosial". Kemudian timbul pertanyaan pada diri Marsh, bagaimanakah manusia mengubah permukaan bumi? Dalam hal ini Marsh ingin menekankan bukan permukaan bumi yang menentukan kehidupan manusia, tetapi manusia yang mengubah permukaan bumi untuk kehidupan yang lebih baik. Namun keadaan yang lebih jelek akan terjadi apabila manusia merusak lingkungan alamnya.

Selain itu, Friedrich Ratzel telah mempelajari pengaruh lingkungan fisikal terhadap kehidupan manusia. Ratzel dalam jilid pertama bukunya Anthropogeographie yang terbit tahun 1882 menambahkan bahwa selain lingkungan alam, aktivitas manusia merupakan factor penting dalam kehidupan di suatu lingkungan. Selain geografi, Ratzel juga belajar antropologi secara mendalam. Ratzel berpendapat bahwa apabila diadakan pembandingan antara kelompok manusia yang berbeda, pastilah manusia itu sendiri yang menentukan keadaan yang ditimbulkan lingkungan kebudayaannya. Berbeda dengan jilid pertama, pada buku Anthropogeografi jilid kedua yang terbit tahun 1891 lebih menekankan pada uraian tentang penyebaran dan kepadatan penduduk, pembentukan pemukiman, migrasi penduduk dan penyebaran kebudayaan. Untuk menjelaskan hal ini, Ratzel tidak menitik beratkan kepada pengaruh lingkungan terhadap manusia tetapi kedua fenomena ini sama kedudukannya. Pada saat itu Ratzel mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap ahli-ahli geografi di Amerika.

Berbeda dengan di Amerika Serikat, di Eropa environmentalism tidak begitu popular. Di tahun 1883, Ferdinand von Richthofen mengusulkan agar geografi merupakan ilmu pengetahuan chrologi. Pengikut von Richthofen, Alfred Hettner yang mendapat pengaruh dari ahli-ahli geografi Amerika mengembangkan pandangan von Richthofen dari pandangan tentang kaitan antara lingkungan alam dengan manusia kepada studi wilayah. Sejalan dengan pemikiran Hettner, Vidal de la Blache (1854 – 1918 M) berpendapat bahwa studi tentang lingkungan fisik dan masyarakat harus disatukan karena tujuan geografi ialah untuk menyelidiki bagaimana suatu masyarakat telah atau sedang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Daerah dimana proses ini telah dan sedang berlaku akan membentuk suatu unit yang disebut "wilayah" atau "region". Jelaslah bahwa wilayah yang dimaksud oleh Blache merupakan areal dimana berlaku interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik yang bersifat lokal. Hal ini berarti bahwa ciri-ciri penting di suatu wiilayah mungkin tidak mempunyai hubungan dengan ciri-ciri wilayah yang lain. Oleh karenanya, konsep Blache tentang geografi bersifat wilayah dan hal ini berbeda dengan konsep sistematik yang dianut oleh Humboldt dan Ritter sebelumnya. Pendapat Blache sesuai dengan keadaan Eropa sebelum revolusi industri dan sesuai juga dengan wilayah yang ekonominya masih berdasarkan peasant agriculture dan local self-sufficiency. Konsep Blache ini tidak sesuai dengan negara-negara yang telah maju karena negara-negara maju tidak lagi bersifat lokal.


Dikutip seluruhnya –dengan sedikit perubahan seperlunya– dari :

R. Bintarto dan S. Hadisumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Silahkan Dikomentari...

KuNJuNGaN


visitors map

uDaH BeRKuNJuNG

free counters

Earth Hour

Komunitas Geografi Al Washliyah ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO